Selasa, 14 Agustus 2012

Kenapa berbahasa Jawa tapi Pake Teteh

Sebagai wong Banten asli, saya kuliah di Depok salah satu daerah Jawa Barat yang lebih dekat dengan budaya Jakarta ketimbang budaya Jawa Barat yang bercorak Sunda. Depok merupakan tempat yang bisa dibilang multikultur karena orang-orang Indonesia dari berbagai daerah ada di situ. Dari etnis Jawa sebagai etnis terbesar di Indonesia sampai Papua terkadang juga nongol di Depok bahkan orang Baduy saja yang terkenal anti modernisme tak jarang menjajakan madu-madu aslinya di kampus saya. Nah, inilah yang saya bingung dulu karena secara administratif Depok Jawa Barat tapi kenapa saya merasa ada di Jakarta.
Kemarin dulu teman-teman saya orang Magelang, Jakarta, dan daerah Bojong maen ke Serang dan Cilegon yang notabene wilayah Banten bukan Jabar tapi ketika di daerah tersebut mereka merasa seperti mengunjungi daerah Jawa Barat katanya. Hal yang menyedihkan mungkin karena gaung Banten belum begitu besar ada orang yang mengira bahwa daerah Banten, Serang, Cilegon, Pandeglang, Lebak, itu dulu Jakarta (sebagian wilayah Tangerang memang dulu Jakarta). Aduduh… sedihnyo saya karena orang tidak tahu Banten. Jadi begini sodara-sodara Banten adalah sebuah provinsi pemekaran dari Jawa Barat dan baru merdeka tahun 2000 jadi secara adminsitratif antara Banten dan Jabar putus hubungan ceritanya. Udah masing-masing gitu.
Nah karena banyak yang tidak tahu inilah orang sering bingung sama saya yang orang Serang ini. Nah ceritanya saya habis menemui teman saya yang diwisuda dan salah satu teman saya yang diwisuda itu bertanya  kepada saya karena kami tidak saling kenal “aku manggilnya apa?” refleks saya jawab “panggil teteh aja” lalu setelah si teman wanita itu pergi dan teman saya yang satu lagi, pria bertanya “bukannya lo orang Serang yah, kok makenya teteh sih, kan Banten” waduh saya kan jadi sebel ditanya gitu orang saya emang biasa dipanggil Teteh. Bener banget, memang sapaan Teteh digunakan oleh orang-orang Sunda untuk memanggil kakak perempuan dan sudah menjadi ciri khasnya orang Sunda. Dan sedangkan Serang mayoritas memang tidak menyebut dirinya orang Sunda  karena berbahasa Jawa dialek Serang yang sering disebut Jaseng alias Jawa Serang.
Secara historis daerah Banten tidak bisa lepas dari Jawa Barat Karena dahulu, Banten merupakan salah satu wilayah Kerajaan Padjajaran. Namun legitimasi Padjajaran mulai terusik ketika Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon menyerang daerah Banten dan mengambilnya dari tangan Kerajaan Padjajaran yang beretnis Sunda. Pasukan gabungan Demak dan Cirebon yang beretnis Jawa ini kemudian mendirikan sebuah kerajaan yang besar yaitu Kerajaan Banten karena Banten dahulu beragama Hindu dan para laskar ini kemudian mengislamkan seluruh daerah Banten kecuali orang Kanekes yang dikenal juga dengan sebutan Suku Baduy. Nah para pendatang ini menempati daerah Tangerang bagian barat, Serang, dan Cilegon karena datangnya etnis Jawa maka mulai masuk bahasa Jawa dan budaya Jawa Ke Banten yang sebenarnya tanah Pasundan alias tanah Sunda. Bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa rumpun ngapak yang setiap kata berakhiran –a bukan –o. Bahasa jawa jenis ini dikategorikan kasar yang mirip dengan dialek Jawa Cirebon, Banyumasan, Dermayon, Tegal. Bahasa Jawa yang dituturkan penduduk pada zaman kesultanan ini pada awalnya masih sama dengan bahasa Jawa daerah Cirebon namun mulai terlihat bedanya karena dikelilingi oleh penutur yang berbahasa Sunda. Bahasa Jawa tersebut berkembang menjadi dialek sendiri yaitu Jaseng (Jawa Serang) dan dituturkan di daerah Serang, Cilegon serta sebagian wilayah Tangerang disebut dengan daerah Banten lor (Banten utara) sedangkan daerah Pandeglang dan Lebak berbahasa Sunda dialek Banten yang merupakan campuran antara bahasa Sunda kuno, bahasa Sunda modern dan bahasa Indonesia disebut juga dengan dearah Banten Selatan. Jadi di Banten ada juga orang Jawanya tapi Jawa Banten, ada pula Sunda Banten serta Suku Baduy yang merupakan sub suku Sunda yang anti modernisasi yang mendiami wilayah Kanekes, Lebak.
Nah permasalahannya adalah ketika anda memasuki wilayah Serang sudah pasti anda akan mendengar orang-orang berbahasa Jawa dialek Serang namun yang membuat teman saya yang orang Magelang ini bingung adalah kenapa orang Serang berbahasa Jawa tapi menyapa kakak perempuan bukan dengan sapaan Mbak/ Mbakyu atau Yayu layaknya orang Jawa. Dan memang kenyataannya tidak ada orang Banten asli yang memanggil kakak perempuan dengan sapaan Mbak. Bagi orang Jawa Banten sendiri menyapa kakak laki-laki dengan sebutan Kakang dan saya juga terkejut karena baru-baru ini saya melakukan penelitian ternyata orang Jawa, maksud saya orang Jawa asli juga memanggil Kakang tapi itu jadul sekali dan Kakang ini berpasangan dengan Mbakyu (Lah wong saya tahunya wong Jowo manggilnya Mas sama Mbak doang kalo dulu). Sedangkan daerah Cirebon yang merupakan perbatasan Jawa dan Sunda memanggil Kakang dan Yayu. Nah kalo sekarang Daerah Cirebon ini beragam ada yang manggil Mas-Mbak, ada juga yang manggil Aa-Teteh tergantung dekat ke Jabar atau ke Jateng. Ketika saya tanya teman-teman saya yang asli wong Jowo mereka mengiyakan bahwa dulu emang manggilnya Kakang-Mbakyu dan salah satu teman saya yang saya tanyai kaget loh pas saya bilang kalo orang Serang yang berbahasa Jawa manggil Kakang tapi manggil Teteh ke perempuannya. Karena jelas-jelas yang terpikir di benak anda ketika mendengar kata Teteh yaitu orang Sunda. Jadilah saya semakin paham bahwa orang Banten itu bukan Jawa bukan pula Sunda karena tidak mungkin Wong jowo asli manggil kakaknya Teteh mereka sudah punya trademark sendiri yaitu Mbae..
Timbulah niat saya untuk melihat distribusi kata sapaan Teteh ini. Dan ternyata tak disangka tak dinyana orang baduy juga manggil Teteh sodara-sodara jadi kesimpulannya memang Teteh itu asli Sunda pisan, bagaimana tidak asli kalo mereka saja anti modernisasi masa iya mau ganti-ganti sapaan kakak perempuan segala. Kalo orang Baduy ini menyapa kakak dengan sebutan khas Aa-Teteh, sedangkan Sunda Banten yang meliputi wilayah Pandeglang dan Lebak menyapa Kaka-Teteh, nah kalo ke Serang anda akan mendengar Kakang-Teteh. Kategori terakhir inilah yang mempunyai wujud akulturasi antara dua budaya yaitu Jawa dan Sunda. Menarik yah. Sedangkan jika kita menyebrang ke daerah Bandung dan sekitarnya akan mendengar sapaan Akang-Teteh. Akang sendiri sebenarnya berpasangan dengan Ceucue (sebutan lain dari Teteh untuk wilayah Priangan). Namun sudah agak jarang orang sekarang menggunakan sapaan Ceuceu ini (tapi masih dipake Cuma agak jarang Ceu). Jadi jelaslah bahwa distribusi sapaan Teteh itu hanya dipakai di daerah Jabar-Banten.
Ternyata nih daerah Jabar dan Banten agak menyatu dengan sapaan Teteh plus si Teteh dari Jabar-Banten ini lebih suka memanggil kakak laki-laki dengan sapaan Aa jadinya kalo manggil kakak sarua wae alias podho wae, kalo orang Sunda dan Banten Sekarang manggil kakak dengan Aa-Teteh. Hal ini didasari karena sapaan Aa dipandang lebih keren, lebih enak didengar, dan lebih mesra katanya kalo pake Aa (menurut si Teteh dari Jabar-Banten yang saya tanyai loh) . Hahahahahaha… Saya jadi mikir.. wah berarti sama kayak orang Baduy yah kembali ke sapaan asli orang Sunda.
Jadi karena harus menyapa orang-orang dengan sapaan Aa dan Teteh itulah teman saya yang dari Magelang, Jakarta dan Bojong ini bilang kalo Banten kayak Jawa Barat. Lebih nyunda dari Depok yang Jabar.. yah jelaslah kan Depok mah Abang-Mpok alias Betawi, Neng. Jadi jangan heran kalo ke Serang mendengar kalimat “ Aa/Teteh, arep ning endi?” hahahaha memang agak aneh dan unik karena biasanya kan kalo ngomong bahasa Jawa manggilnya Mas dan Mbak hehehe… itu karena perbedaan itu Indah dan ternyata dapat saling menyatu dan menjadi identitas baru seperti halnya orang Banten walau tak jelas arah ke mana sehingga orang Serang, Cilegon, dan Tangerang akan menyebut orang Banten yang sebenarnya mengacu pada wilayah yang didiami dan kemudian menjadi suku sendiri karena sudah berbeda sekali antara orang Jawa Banten dengan Suku Jawa yang mendiami wilayah Jateng, Jatim, dan Yogya. Namun masih satu yaitu Orang Indonesia. Hidup Indonesia! Hihi….

4 komentar:

  1. hehe persilangan kebudayaan jadi unik
    ikut nyimak teh
    inget temen kos senior ane
    aslinya demak dan ketemu jodoh sm cewe serang
    , gak tahu entar pake bahasa apa kl lg nimang bayinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. iyah.. dulu sebelum keluar dari daerah Banten saya bakal jawab orang Jawa tapi setelah banyak bergaul sama orang Jawa asli,, jadi mengerti sendiri hehe.. beuh apalagi kalo orang udah denger kata teteh di jakarta akan dibilang "orang Sunda yah?" hahahaha Indonesia emang unik yah. kalo ma orang Jawa nyambung bahasanya walaupun sudah berbeda jauh (lumayanlah cuma ngerti dikit2 doang saya) kalo sam orang Sunda berasa akrab dengan sapaan khas daerahnya di telinga saya. hihi
      kalo di Demak pake bahasa Jawa Demak geh, kalo di Serang pake bahasa Jawa Serang (lestarikan bahasa daerah hihi)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Mau nambahin kak, bahkan di Depok daerah selatan kayak Citayam juga pake sebutan aa/teteh. Saya juga heran soalnya selama kuliah di daerah Kukusan, Beji gak pernah kedengeran warga Depok yang nyebut aa/teteh, mungkin karena kebanyakan pendatang kali ya.

    BalasHapus